Biografi Raden Patah
Biografi
Raden Patah
Raden Patah
merupakan Raja pertama Kerajaan Islam Demak. Raden Patah merupakan putra
Brawijaya raja Majapahit dengan istri Putri Campa yang berasal dari Cina, Raden
Patah lahir pada tahun 1455 M ini sesuai penjelasan Muljana (2005:89) “Jin Bun
atau Raden Patah dilahirkan kira-kira tahun 1455 M”. “Raden Patah ialah seorang
putra Brawijaya dari ibunya putri Cina (Campa). Ketika Raden Patah masih dalam
kandungan ibunya oleh Brawijaya dititipkan kepada gubenur di Palembang di
tempat itulah Raden Patah dilahirkan” (Poesponegoro, 2008:52)
Raden Patah
memperoleh pendidikan yang berlatar belakang kebangsawanan dan politik, dua
puluh tahun Raden Patah hidup di istanah adipati Majapahit penguasa Palembang,
Aria Damar setelah dewasa Raden Patah pergi ke Majapahit. “setelah umur 20
tahun, Raden Patah dikirim kepada Raden Rahmat (Sunan Ampel) untuk Memperoleh
pendidikan Agama. Raden Patah mendalami Agama Islam bersama-sama pemuda lainya,
seperti Raden Paku (Sunan Giri), Raden Maulana Malik Ibrahim (Sunan Bonang) dan
(Raden Kosim (Sunan Drajat). (Sukmantoro, 2014:7)
Dari kutipan
di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa Raden Patah setelah umur 20 tahun
pergi ke Jawa untuk memperdalam ilmu Agama. Raden Patah pergi ke Ngampel-Denta
dan bertemu dengan Sunan Ampel dan belajar dengan Sunan Ampel.
Sementara itu
Raden Patah menjadi murid yang rajin dan sanggat di sayangi oleh Sunan Ampel,
Raden Patah cerdas, giat dan sopan santun dan bercita-cita Besar. Setelah
dianggap mampu oleh Raden Rahmat (Sunan Ampel), selanjutnya Raden Patah di
percaya menjadi Mubalig dan membuat pemukiman. Ini sesuai penjelasan Muljana
(2005:90) “Atas
nasihat Sunan Ampel, Raden Patah menetap di Gelagah Wangi atau hutan Bintara,
di situ Ia membuka hutan dan mendirikan masjid, Raden Patah menjadi ulama di
Bintara (Demak), dan mengajarkan Agama Islam kepada penduduk sekitar”
Dari kutipan
di atas penulis menyimpulkan bahwa Sunan Ampel menyuruh Raden Patah membuka
Hutan Bintara, mendirikan masjid dan mengajarkan Agama Islam kepada masyarakat,
dan pada akhirnya hutan Bintara inilah cikal-bakal Kerajaan Islam Demak. Di
samping itu juga Raden Patah di nikahkan dengan cucu Sunan Ampel. Ini dijelasakan
oleh Sukmantoro (2014:7). “Setelah dianggap mampu oleh raden Rahmat, Raden
Patah dikawinkan dengan cucunya, Nyi Ageng Maloka”
Di kerajaan Demak Raden Patah sangat
berperan yaitu dalam memperluas dan memperkuat kedudukan kerajaan Demak sebagai
kerajaan Islam, Raden Patah bersama saudara tirinya Raden Kusen (putra Arya Damar), Serta Arya Damar
(penguasa Palembang), dengan pasukan Islam Palembang berangkat ke Ampel Denta
Surabaya, dari penjelasan Hanafiah (1960:40) “Tujuan mereka adalah minta izin Wali
songo, untuk mengislamkan raja Majapahit terakhir Brawijaya V. Dalam perang ini
sebenarnya Sunan Ampel melarang Raden Patah untuk membrontak ke Kerajaan
Majapahit ini sesuai penjelasan Adji (2011:88)
“Prihal
perang antara Demak dan Majapahit dikisahkan dalam Babad Tanah jawa dan Serat
Kanda. Menurut dua sumber tersebut, Sunan Ampel melarang Raden Patah untuk
membrontak ke Majapahit. Karena meskipun berbeda agama Brawijaya tetap ayah
Raden patah, namun sepeningal sunan Ampel, Raden Patah tetap menyerang
Majapahit”
Dari kutipan diatas bisa di
simpulkan bahwa Raden Patah tetap menyerang Kerajaan majapahit setelah Sunan
Ampel meninggal, Sunan Ampel melarang karena melihat dari sisi keturunan bahwa
Raden Patah adalah keturunan raja Brawijaya.
Sejak
itu kerajaan Majapahit tak berdaya lagi menghadapi kerajaan Demak, Raden Patah
tidaklah menduduki atau pun mengambil alih kekuasaan kerajaan Majapahit tetapi
memindahkan ke Demak. Raden Patah
diiringi Oleh Sultan Palembang, Arya Dilah, dan 200 tentaranya, memusatkan
kegiatan di Bintara, karena daerah tersebut direncanakan oleh para walisongo
sebagai pusat Kerajaan islam di pulau Jawa. sebagaimana penjelasan Muljana
(2005:193) berikut ini:
Setelah
Jin Bun berhasil meruntuhkan Negara Hindu-Jawa Majapahit, segera Ia
menyempurnakan pembentukan Negara Islam Demak , yang pembangunan di mulai pada
tahun 1475. Ia tidak mau mengambil alih
pusat Kerajaan Majapahit dan mengubahnya menjadi pusat Negara Islam. Ia
memusatkan perhatianya pada pembangunan Negara Islam di Demak, dengan Demak
sebagai pusatnya
Dari kutipan di atas dapat di simpulkan
bahwa Raden Patah tidak mengambil alih kekuasaan tetapi Raden Patah memfokuskan
berdirinya Kesultanan Demak-Bintara. Setelah kerajaan Majapahit runtuh maka
berdirilah kerajaan Demak, dan raden Patah pun menjadi raja, ini sesuai
penjelasan, Amin (2009:335)
“Kerajaan
Demak didirikan atas prakarsa para walisongo. Di bawah pimpinan Sunan Ampel
Denta, Walisongo bersepakat mengangkat Raden Patah sebagai Raja pertama
kerajaan Demak. Ia mendapat gelar Senopati Jinbun Ngabdurrahman Panembahan
Palembang Sayidin Panataagama.”
Munculnya
Kesultanan Demak di Jawa Tengah bukan hanya lahirnya sistem kepemimpinan baru
akan tetapi kelanjutan dari kerajaan Majapahit. Karena Raden Patah merupakan keturunan
Raja Majapahit, ini sesuai penjelasan M.C Ricklefs (2005:81) “Setelah runtuhnya
kerajaan Hindu-Buddha yang terakhir sekitar tahun 1527 sanggatlah kabur. Apa
yang jelas ialah bahwa warisan Jawa kuno itu diteruskan oleh zaman Islam”
Dari kutipan di
atas penulis dapat menyimpulkan bahwa para ulama tidaklah menghilangkan sistem
kepempinan terdahlu tetapi meneruskan sistem itu dengan menambahkan nuansa
Islam.
Kerajaan Demak
sendiri sanggat memperhatikan kehidupan agama ini sesuai penjelasan Poesponegoro
(2008:54) “Penting dicatat disini bahwa raja-raja Demak terkenal sebagai
pelindung agama, sehingga antara raja-raja dengan kaum ulama bergandengan
terutama dengan wali songo” dari kutipan tersebut penulis dapat menyimpulkan
bahwa, para penguasa Demak dengan para ulama berhubungan harmonis, ini sanggat
berperan penting dalam penyebaran agama Islam dan memperbesar pengaruh kerajaan
Demak dalam kancah dunia Islam.
Setelah kerajaan Demak berdiri tidak
bisa di pungkiri kalau kota-kota pelabuhan pesisir utara Jawa Tengah merupakan
tempat pertemuan para pedagang ini sesuai penjelasan DEPDIKBUD (1978:79)
Tidak dapat diingkari lagi bahwa dalam periode Demak
kota-kota pelabuhan pesisir utara Jawa Tengah merupakan tempat pertemuan parsa
pedagang, baik yang datang dari pulau-pulau Indonesia maupun yang datang dari
luar Indonesia. Daya pikat utama mereka datang ke Jawa Tengah adalah ialah
beras
Dari kutipan
di atas menjelaskan bahwa para pedagang datang ke pulau Jawa ialah untuk
berdagang terutama bahan pokok beras sebagai bahan komoditinya. Jawa pada waktu
itu merupakan penghasil beras. Raden Patah kemudian membangun kota Semarang, di karenakan
Semarang akan di jadikan kota pelabuhan dan juga pintu masuk ke ibu kota Demak
ini di jelaskan oleh Muljana (2005:194-195) “Semarang di jadikan kota
pelabuhan, dan pintu masuk ke kota Demak. Semarang merupakan kota yang penting
bagi Kerajaan Demak, oleh karena itu segera mendapat perhatian oleh pangeran
Jinbun atau raden Patah”
Dari
kutipan diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa kota Semarang mendapat
perhatian khusus oleh Raden Patah. Di karenakan kota Semarang merupakan tempat
pelabuhan para pedagang dan juga pintu masuk ke ibu kota kesultanan Demak.
Raden
patah juga bersama para walisongo membangun masjid yaitu masjid agung Demak
yang merupakan masjid agung yang pertama didirikan di jawa, ini sesuai
penjelasan Sukmantoro, (2014:14) “Babad Demak menunjukan bahwa Masjid ini
didirikan pada tahun saka 1399 atau 1477 M”
Dari kutipan diatas menunjukan
pembangunan masjid Agung Demak di bangun pada masa pemerintahan Raden Patah,
masjid agung Demak juga menjadi pusat kegiatan masyarakat dan di jadikan tempat
untuk bermusyawarah oleh Raden Patah dan para wali songo. Masjid agung Demak
terletak di dalam suatu komplek yang luasnya kurang lebih 10.991 meter persegi
di dalam komplek ini terdapat sebuah bangunan masjid, menara, kolam dan komplek
pemakaman keluargga sultan Demak. Adapun
lokasinya menurut DEPDIKBUD (1997:27) “Lokasinya termasuk dalam wilayah
administrative desa glagahwangi, kecamatan Demak, kabupaten Demak, Jawa Tengah,
letaknya sebelah barat alun-alun kota
Demak atau sisi barat jalan Raden Patah”
Dari kutipan diatas penulis dapat
menyimpulkan bahwa Masjid Agung Demak merupakan Masjid Agung yang pertama kali
didirikan di pulau Jawa, dan komplek Masjid Agung Demak pun dijadikan tempat
pemakaman khusus bagi para penguasa kerajaan Demak dan di masjid Agung Demak
terdapat juga beberapa makam para Wali Songo.
Raden patah wafat pada tahun 1518 dan digantikan oleh
Pangeran Sebrang Lor atau yang dikenal Adipati Unus ini sesuai penjelasan
Muljana (2005:69) “Jin Bun atau Raden Patah meninggal pada tahun 1518 dan di
gantikan Adipati Unus yang memerintah tahun 1518-1521”
Mahdun Ibrahim ( sunan Bonang )
BalasHapus